Manusia
yang terdiri atas jasmani dan rohani memunculkan suatu kepercayaan bersifat
rohani yang kemudian dipersonifikasikan dalam bentuk riil. Sistem kepercayaan masyarakat
Indonesia mulai tumbuh pada masa hidup berburu dan mengumpulkan makanan, ini
dibuktikan dengan penemuan lukisan dinding gua di Sulawesi Selatan berbentuk cap
tangan merah dengan jari-jari yang direntangkan.
Lukisan
itu diartikan sebagai sumber kekuatan atau simbol perlindungan untuk mencegah
roh jahat. Manusia di zaman hidup bercocok tanam sudah percaya adanya dewa alam
yang menciptakan banjir, gunung meletus, gempa bumi, dan sebagainya. Sumber:
Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia
Pada
zaman perundagian, masyarakat sudah percaya kepada roh nenek moyang. Mereka
percaya jiwa dan roh berdiam di batu besar, pohon besar, dan sebagainya. Kepercayaan
ini pada akhirnya diwariskan kepada kita hingga masa sekarang.
Herbert
Spencer dan August Comte menerapkan teori evolusi untuk mengkaji masyarakat
manusia dalam kaitannya dengan religi. Menurut keduanya, semua bangsa di dunia
mempunyai suatu bentuk religi. Bentuk religi muncul karena manusia sadar dan takut
akan maut. Bentuk religi tertua adalah penyembahan kepada roh yang merupakan personifikasi
dari jiwa orang yang telah meninggal, terutama dari nenek moyangnya yang
kemudian berevolusi terhadap pemujaan kepada dewa.
Hal
ini sesuai dengan pandangan Edward B. Taylor. Ia mengatakan bahwa tingkat
tertua dari evolusi religi adalah pemujaan kepada jiwa orang yang telah
meninggal yang disebut makhluk halus (spirit), yakni jiwa yang telah merdeka,
terlepas dari tubuh jasmani untuk selamanya. Keyakinan ini disebut animisme.
0 Response to "Jenis Sistem Teori Evolusi untuk Mengkaji Masyarakat Manusia dengan Religi/Kepercayaan"
Posting Komentar