Kesenian
wayang semula berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang. Semula wayang
diwujudkan sebagai boneka nenek moyang yang dimainkan oleh dalang pada malam
hari. Dengan beralaskan tirai dan tata lampu di belakangnya serta boneka yang igerak-gerakkan
sehingga terlihat bayangan boneka seolah-olah hidup.
Jika
dalang kemasukan roh nenek moyang, sang dalang akan menyuarakan suara nenek
moyang yang berisi nasihat-nasihat kepada anak cucu mereka. Setelah kedatangan
hinduisme ke nusantara maka kisah nenek moyang digantikan kisah Ramayana dan
Mahabharata. Bonekanya kemudian diganti dengan bentuk tokoh dalam cerita
Mahabharata.
Fungsinya
pun beralih sebagai pertunjukan dan penontonnya melihat dari depan tirai. Pada
zaman Kediri, muncul kitab Gatotkacasraya yang mulai menampilkan dewa asli
Jawa, yakni Punakawan yang berperan agresif dan dinamis dalam membimbing dan mengawal
para Pandawa dari ancaman musuhnya, yakni Kurawa (kitab Gatotkacasraya memuat
unsur javanisasi).
0 Response to "Fungsi Kesenian Wayang pada Ilmu Sejarah"
Posting Komentar