Sanitaiser
kimia umumnya dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia yang mematikan
mikroorganime yaitu
(1)
senyawa-senyawa
pelepas khlorin,
(2)
quaternary
ammonium compounds,
(3)
iodophor
dan
(4)
senyawa
amfoterik.
1) Senyawa Khlorin
Disinfektan
ini bekerja cepat terhadap sejumlah mikroorganisme dan harganya relatif murah.
Sangat cocok sebagai disinfektan umum di tempat usaha makanan.
Harus
digunakan pada konsentrasi 100-250 mg klorin/liter. Senayawa ini paling cocok
digunakan pada unit pengolahan dan pengangkutan makanan.
Bisa
diperoleh dalam bentuk larutan hipoklorit yang mengandung 100.00 - 120.000 mg
klorin/liter atau dicampur dengan detergen dalam bentuk kristal yang telah
diklorinasi.
Golongan
disinfektan ini bersifat korosif terhadap bahan logam dan juga bersifat sebagai
pemutih. Oleh karena itu, pembilasan perlu segera dilakukan setelah cukup waktu
kontak. Disinfektan klorin kecuali klorin dioksida dayanya akan hilang apabila
ada kotoran organik.
Hipokhlorit
adalah sanitaiser yang paling banyak digunakan dalam industri makanan, tetapi
ada sejumlah senyawa khlorin lain yang juga digunakan dalam jumlah terbatas.
Senyawa-senyawa
tersebut di antaranya adalah Cl2 dan trisodium fosfat, terkhlorinasi, seperti
juga khloramin organik, turunan asam isosianurik dan diklorodimetilhidantoin.
Senyawa-senyawa
khlorin yang berfungsi sebagai sanitaiser dapat dikelompokkan menjadi
(1)
khlorin cair,
(2)
hipokhlorit,
(3)
khloramin anorganik, dan
(4)
khloramin organik dan khlorin dioksida.
Sifat-sifat
khlorin sedemikian rupa, di mana bila khlorin cair (Cl2) dan hipoklorit
dicampur dengan air, mereka akan terhidrolisa membentuk ion hidrogen (H+) dan
ion hipoklorit (OCl-) sesuai dengan reaksi di bawah ini. Bila natrium bergabung
dengan hipoklorit untuk membentuk natrium hipoklorit, reaksi berikut ini akan
berlangsung.
Cl2 + H2O HOCl + H+ + Cl-
NaOCl + H2O NaOH + HOCl
HOCl H+ + OCl-
Bila
pH naik, ion hipoklorit, yang tidak efektif sebagai bakterisida, akan terdapat
dalam jumlah lebih banyak. Senyawa-senyawa khlorin lebih efektif sebagai
senyawa anti mikroba pada pH yang lebih rendah di mana adanya asam hipoklorit
lebih dominan.
Oleh
karena itu molekul dalam bentuk utuh nampaknya merupakan senyawa akif.
Senyawa-senyawa penghasil khlorin yang terdapat dalam bentuk bubuk sering kali
diduga lebih stabil daripada bentuk cairnya.
Akan
tetapi, bubuk akan menyerap air lebih cepat, sehingga menjadikannya tidak
stabil, dan oleh karena itu dibutuhkan desifektan untuk menjaga stabilitasnya.
2) Hipoklorit
Sanitaiser
Hipoklorit adalah senyawa khlorin yang paling aktif, dan juga paling banyak
digunakan. Kalsium hipoklorit dan natrium hipoklorit adalah senyawa-senyawa
hipoklorit yang utama.
Sanitaiser
ini efektif dalam menginaktifkan sel-sel mikroba dalam suspensi air dan
membutuhkan waktu kontak kira-kira 1.5-100 detik.
Reduksi
populasi sel sebanyak 90 persen untuk sebagian besar mikroorganisme dapat
dicapai dalam waktu kurang dari 10 detik dengan kadar khlorin bebas (FAC = free
available chlorine) yang relatif rendah. Spora-spora bakteri lebih tahan dari
pada sel-sel vegetatif tehadap hipoklorit.
Waktu
yang dubutuhkan untuk mereduksi populasi sel sebanyak 90 persen, menurut Odlaug
(1981), dapat berkisar dari kira-kira 7 detik hingga lebih dari 20 menit.
Konsentrasi
FAC yang dibutuhkan untuk inaktifasi spora-spora bakteri kira-kira 10-1000 kali
(1000 ppm dibandingkan dengan 0.6-13 ppm) leih tinggi daripada yang dibutuhkan
untuk sel-sel vegetatif.
Spora-spora
Clostridium kurang tahan terhadap aplikasi sanitaiser di mana konsentrasi asam
hipoklorit rendah dan waktu kontak singkat, maka efek terhadap spora bakteri
juga terbatas.
Kalsium
hipoklorit dan natrium hipoklorit, dan trisodium phosphat terkhlorinasi (CTP =
chlorinated tridodium phosphate) dapat digunakan sebagai setelah permbersihan.
Hipoklorit
juga dapat ditambahkan pada larutan senyawa pembersih untuk memberikan suatu
kombinasi pembersih-sanitaiser.
Senyawa-senyawa
pelepas khlorin organik, seperti natrium dikloroisosianurat dan diklorodimetil
hidantoin, dapat diformulasi dengan senyawa senyawa pembersih (deterjen).
Larutan-larutan
khlorin aktif merupakan suatu sanitaiser yang sangat aktif terutama sebagai
khlorin bebas dan dalam larutan sedikit asam. Senyawa-senyawa ini nampaknya
bekerja dengan mendenaturasi protein dan menginaktifkan enzim.
Sanitaiser
khlorin efektif terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dan
terhadap beberapa virus dan spora-spora tertentu. Akan tetapi khlorin dari
hipoklorit dan senyawa pelepas khlorin lainnya bereaksi dan diinaktifkan oleh
bahan organik yang tersisa.
Akan
tetapi, bila digunakan volume larutan khlorin yang direkomendasikan dan
konsentrasi yang cukup, efek sanitasi tetap dapat dicapai.
Hanya
larutan segar sebaiknya digunakan karena penyimpanan larutan bekas dapat
menyebabkan turunnya kekuatan dan aktivitas sanitaiser. Konsentrasi khlorin
aktif dapat diukur untuk menjamin aplikasi dan konsentrasi yang diinginkan.
Asam
hipoklorit (HOCl) sendiri tidak stabil tetapi banyak garam-garamnya lebih
stabil. Dalam larutan, garam-garam ini berdisosiasi untuk membentuk OCl- yang
bertanggung jawab untuk sifat-sifat bakterisidal dari hipoklorit.
Garam
yang paling banyak digunakan adalah NaOCl yang tersedia dalam bentuk komersial
sebagai cairan pekat mengandung 10-14% khlorin.
Bila
cairan/larutan pekat ini diencerkan dengan air suling (1:1atau 1:9) maka kdar
khlorin (available chlorine) akan turun lebih lambat selama penyimpanan
(Hoffman et al 1981).
Yang
juga banyak digunakan adalah CaO(Cl2) yang terdapat dalam bubuk dan mengandung
30% available chlorine. Dalam bentuk yang lebih encer larutan-larutan NaOCl
banyak digunakan dalam industri pangan sebagai desinfektan umum dalam sistem
CIP; larutan harus dipersiapkan segara dan ditangani hati-hati karena sifatnya
yang dapat mengiritasi kulit.
Dalam
formulasi komersial kadang-kadang ditambahkan surfaktan dan stabilizer, untuk
membantu kemampuan membasahkan dan penetrasi; dan untuk memperbaiki aktivitas
selama penyimpanan.
Larutan-larutan
hipoklorit harus selalu disimpan dalam wadah gelap atau dalam wadah yang opak;
stabilitas juga akan meningkat bila digunakan suhu dingin.
Larutan
akan lebih stabil di atas pH 9.5 sedangkan aktivitas germisidal maksimal di
antara pH 4 dan pH 5; pada pH 5 efek korosi juga maksimal.
Oleh
karena masalah korosi, larutan pH 10-11 digunakan dan suhu operasi
dipertahankan relatif rendah karena pada suhu lebih tinggi akan terjadi korosi
dan hilangnya stabilitas desinfektan.
Konsentrasi
penggunaan bervariasi antara 50 dan 200 ppm available chlorine dan waktu kontak
antara 3 dan 30 menit; perlu diingat bahwa dalam setiap keadaan spesifik,
konsentrasi minimum dan waktu yang dibutuhkan untuk mematikan mikroorganisme
harus digunakan dengan tujuan untuk menghindarkan kemungkinan korosi
permukaan-permukaan yang peka.
3) Gas khlorin
Gas
khlorin umum digunakan untuk desinfeksi suplai uap air tetapi juga dapat
digunakan dalam industri pangan. Gas khlorin ini harus diberikan dalam suplai
air dengan kecepatan yang konstan melalui suatu alat yaitu khlorinator.
Pemberian
khlorin perlu dilakukan di atas “break point” (titik balik) air; yaitu pada
tingkat di mana kebutuhan khlorin dari air (chlorin demand), suatu faktor
pengubah, yang terutama tergantung pada jumlah padatan tersuspensi dan bahan
organik; telah terpenuhi.
Khloramin
dibentuk bila senyawa-senyawa penghasil amonia terdapat dalam air dan pada
dosis khlorin yang lebih tinggi akan teroksidasi. Setelah ini, barulah “break point”
dicapai sehingg selanjutnya setiap penambahan khlorin akan menghasilkan suatu
residu dari khlorin bebas.
Residu
khlorin di antara konsentrasi 1 dan 5 ppm cocok untuk sistem khlorinasi pabrik
yang kontinyu seperti “sprays” dan “belts” (ban berjalan) dan elevator;
konsentrasi yang lebih tinggi (10-20 ppm) mungkin dibutuhkan untuk akhir
desinfeksi atau untuk air pendingin kaleng.
4) Trisodium phosphat
Terklorinasi (CTSP)
CTSP
atau 4(Na3PO4.11H2O)NaOCl memberikan larutan hipoklorit buffer bila dilarutkan
dalam air. Senyawa yang relatif mahal ini seing dicampur dalam formula bubuk.
Kadar khlorin bebas rendah (4%) dan agak inaktif bila ada bahan organik.
Senyawa-senyawa
penghasil bromin misalnya natriumbromida dapat ditambahkan untuk menambah
aktifitas bakterisidal.
5) Kloramin
Kloramin
anorganik adalah senyawa yang dibentuk dari reaksi Worin dengan amonia
nitrogen, sedangkan kloramin organik dibentuk melalui reaksi asam hipoklorit
dengan amin, amida, imina atau imida. Ketidakefektifan relatif dari kloramin T
dibandingkan natrium hipoklorit terlihat pada tabel 10.
Spora-spora
bakteri dan sel-sel vegetatif lebih tahan terhadap kloramin daripada
hipoklorit. Kloramin T melepaskan khlorin lebih lambat, sehingga efek
mematikannya lambat bila dibandingkan hipoklorit.
Senyawa-
senyawa kloramin lain mempunyai efektivitas yang sama atau lebih efektif
dibandingkan hipoklorit dalam menginaktifkan mikroorganisme. Natrium
dikloroisosiamerat lebih aktif daripada natrium hipoklorit terhadap E. coli.
6) Klorin dioksida (ClO2)
Klorin
dioksida diketahui mempunyai daya mengoksidasi 2.5 kali klorin. Senyawa ini
tidak seefektif klorin pada pH 6.5, tetapi pada pH 8.5 ClO2 adalah yang paling
efektif.
Sifat
ini menunjukkan bahwa ClO2 kurang dipengaruhi oleh kondisi alkali dan bahan
organik, oleh karena itu cocok untuk penanganan air buangan.
Bila
senyawa-senyawa khlorin digunakan dalam larutan atau pada permukaan di mana
khlorin dapat bereaksi dengan sel, maka sanitaiser ini bersifat bakterisidal
dan sporisidal.
Sel-sel
vegetatif lebih mudah dihancurkan daripada spora-spora Clostridium, yang lebih
mudah dimatikan daripada spora-spora Bacillus.
Efek
mematikan dari kebanyakan senyawa khlorin akan meningkat dengan naiknya
available klorin bebas, turunnya pH, dan naiknya suhu.
Akan
tetapi, kelarutan khlorin dalam air turun dan korositas meningkat dengan
naiknya suhu, dan larutan-larutan dengan konsentrasi ion tinggi dan atau pH
rendah dapat mengkaratkan logam.
Keuntungan
dari senyawa-senyawa khlorin dibandingkan dengan desinfektan lain adalah
sebagai berikut :
· senyawa-senyawa yang
kerjanya cepat yang akan lolos uji Chambers pada konsentrasi 50 ppm dalam waktu
30 detik,
· senyawa-senyawa
khlorin non selektif yang mematikan semua jenis sel-sel vegetatif,
· biaya penggunaan
paling rendah dibandingkan dengan sanitaiser lain (bila digunakan
senyawa-senyawa khlorin yang murah), dan
· pembilasan peralatan
setelah penggunaan umumnya tidak diperlukan dan, bila tidak dibutuhkan, tidak
direkomendasikan.
Berikut ini adalah
kerugian penggunaan senyawa-senyawa ini :
· sanitaiser yang tidak
stabil yaitu agak cepat hilang oleh panas atau oleh kontaminasi dengan bahan
organik;
· senyawa yang sangat
korosif terhadap stainless steel dan logam lain; dan
· waktu kontak yang
terbatas dengan peralatan penanganan makanan sangat penting, terutama pada
setiap jenis peralatan makanan atau penangan makanan (khlorin tidak boleh
kontak dengan setiap logam untuk lebih dari 20 hingga 30 menit yang disebabkan
karena kemungkinan korosi).
7) Turunan Asam
isosianurik
Asam
dikloroisosianurik dan trikloroisosianurik mempunyai tingkat khlorin bebas yang
sangat tinggi tetapi karena kelarutan yang rendah dari asam dalam air, maka
garam-garam Na-nya lebih umum digunakan untuk desinfeksi, ini tersedia dalam
bentuk bubuk dan mempunyai kadar khlorin bebas yang agak rendah (misalnya Na
dikloroisosianurat, 60%).
Senyawa-senyawa
ini seperti halnya khloramin, relatif mahal, stabil bila disimpan di bawah
kondisi kering, non iritatif dan melepaskan khlorin secara lambat, tidak
seperti khlorin, senyawa-senyawa ini mempertahankan aktivitasnya melalui
kisaran pH yang lebar (6-10). Senyawa ini juga digunakan dalam
pembuatan
alkali deterjen sterilizer.
8) Diklorodimetilhidantoin
Bila
murni, senyawa ini agak tidak larut dalam air sehingga bubuk teknis dengan
kemurniannya kira-kira 25% digunakan yang memberikan kira-kira 16% available
chlorine.
Diklorodimetilhidantoin
mempunyai sifat-sifat yang serupa dengan senyawa-senyawa pelepas khlorin
organik tetapi senyawa ini mempunyai aktivitas terbesar dalam kondisi asam.
9) Senyawa Amonium Kuaterner
Semua
senyawa ini mempunyai sifat sebagai deterjen yang baik, tidak berwarna, relatif
tidak korosif terhadap logam, tidak beracun tetapi berasa pahit.
Daya
kerjanya terhadap bakteri gram negatif tidak sebaik klorin, senyawa klorin dan
se-nyawa iodosphor. Larutan ini cenderung melekat pada permukaan.
Oleh
karena itu, diperlukan pembilasan yang seksama setelah disinfeksi dengan zat
ini harus digunakan pada konsentrasi 200-1200 mg/l.
Konsentrasi
yang lebih tinggi diperlukan apabila air yang digunakan berkesadahan tinggi.
Senyawa ini tidak dapat digabungkan dengan sabun atau deterjen anionik.
Senyawa
ini yang dikenal sebagai “quaternaries”, “quats” atau “QACs”, adalah
garam-garam ammonium dengan beberapa atau semua atom-atom H dalam ion (NH4)+
disubstitusi dengan gugus alkil atau gugus aril, anionnya biasanya klorida atau
bromida.
Di
mana : R1, R2, R3, R4 mewakili satu atau lebih alkil atau aril yang
mensubstitusi H dan X- menunjukkan suatu halida baik Cl- maupun Br-.
Kation
yang merupakan bagian utama adalah bagian aktif dari molekul, sedangkan bagian
anion hanya penting karena dapat mempengaruhi kelarutan QAC.
0 Response to " Macam-Macam Kelompok Yang Dihasilkan Oleh Sanitaiser kimia"
Posting Komentar